(Susi Handayani)
PENDAHULUAN
Manusia
setiap saat, membutuhkan pelajaran dari alam semesta sampai ia menemukan cara
bertindak yang tepat untuk memertahankan kehidupannya. untuk kebutuhan belajar
ini diperlukan pengaruh dari oleh luar. pengaruh ini oleh Imam Santoso, disebut
dengan istilah “Pendidikan”.[1]
karenanya pendidikan adalah suatu esensial bagi manusia, melalui pendidikan,
manusia bisa belajar mempelajari alam semesta demi mempertahankan khidupannya
karena pentingnya pendidikan.
Islam
menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting dan tinggi. Antara
lain dalam surat al-mujaddalah Allah berfirman yang artinya: “Allah akan meninggikan derajat orang-orang
yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberaa
derajat”. (QS. al-Mujadalah 58: 11). Umat Islam dalam sejarahnya telah
memperlihatkan tentang pentingnya pendidikan. Hal ini ditelusuri sejak saat
masa rasul hingga masa sekarang ini.
PEMBAHASAN
1.
Pendidikan
Pada Zaman Rasulullah
Pada waktu Islam diturunkan, bangsa Arab
dikenal dengan sebutan “kaum jahili”. Kaum Quraisy penduduk Mekkah sebagai
bangsawan di kalangan bangsa Arab hanya memiliki 17 orang yang pandai tulis
baca. Suku Aus dan Khazroj penduduk Yatsrib (Madinah) hanya
memiliki 11 orang yang pandai membaca.[2]
hal ini menyebabkan bangsa Arab sedikit
sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian lain. Hidup mereka mengikuti
hawa nafsu, berpecah-pecah, saling berperang satu dengan yang lain karena sebab
yang sepele, yang kuat menguasai yang lemah, wanita tidak ada harganya,
berlakulah hukum rimba. Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang
syair-syair jahili yang disebarkan secara hafalan. Agama warisan Nabi Ibrahim
as. dan Nabi Ismail as hanya tinggal bekas-bekasnya yang disewenangkan.
Mengahadapi
kenyataan itu Nabi Muhammad SAW di utus Allah dengan tujuan untuk memperbaiki
akhlak, baik akhlak untuk berhubungan dengan Tuhan maupun sesama manusia. Dalam
masalah ilmu pengetahuan perhatian Rasul (Muhammad SAW) sangat besar, di
antaranya.
a. Wahyu
pertama yang diterima Rasul berbunyi bacalah.
Perintah ini pada hakikatnya adalah pencanangan dan pemberantasan buta huruf,
suatu tindakan awal yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan.
b. Bangsa Arab
adalah bangsa yang kuat hafalannya. sedangkan hafalan merupakan salah satu alat
untuk pengembangan ilmu. oleh karena itu, Nabi saw tetap memanfaatkan
keistimewaan daya ingat bangsa Arab. Mereka disuruh menghafal Alquran dengan
sungguh-sungguh sehingga mereka dapat mengahafal secara autentik dan utuh.
c. Nabi membuat
tradisi baru yaitu mencatat dan menulis. Semua sahabat yang pandai membaca dan
menulis diangkat menjadi juru tulis untuk mencatat semua wahyu yang turun pada
benda yang dapat ditulisi seperti kulit, tulang, pelapah kurma, dan lain-lain.
adanya sumber pokok ajaran Islam yaitu Alquran dan Alhadits yang harus ditulis
dan dihafal secara utuh telah mendorong kaum muslimin untuk sungguh-sungguh
mementingkan kepandaian tulis baca.
d. Alquran
merupakan sumber inti ilmu pengetahuan, karena alquran memuat:
· Kisah
umat-umat terdahulu
· Segala macam
hukum dasar: perkawinan, perdata, pidana, perniagaan, juga berbagai
perundang-undangan: politik, ekonomi, sosial.
· Sifat-sifat
Allah swt, seperti Ilmu, Qudrah, Irradah,
Wahdaniyah, dan lain-lain.
Dengan landasan-landasan itu Rasul mulai membangun jiwa umat
Islam. Rasul membimbing sahabat-sahabat untuk beriman dan berilmu, untuk
memercayai Allah Yang Maha Esa, tidak syirik, berakhlak mulia, data dipercaya,
jujur. Rasul menjelaskan kepada para sahabat tentang Islam, amal sholeh, dan
kepercayaan.
Kegiatan yang dilakukan Rasulullah seperti mengadakan Taklim (pembelajaran) kepada para
sahabatnya, guna mengetahui ajaran-ajaran Islam, sehingga Rasul membuat
kompleks belajar Dar al-Arqam yang bertempat di rumah sahabat Abu al-Arqam. Di
situlah Rasul berdakwah sekaligus membimbing dan mendidik umat Islam sehingga
tempat itu dapat dianggap sebagai Lembaga Pendidikan pertama yang didirikan
Rasulullah SAW.
Lembaga Dar al-Arqam memang merupakan tempat pusat kegiatan umat
Islam awal. Mula-mula secara sembunyi-sembunyi karena khawatir terhadap
tindakan suku Quraisy yang tidak menyukai kegiatan Rasul. Dalam perkembangannya
menjadi tempat yang terbuka untuk umum, kegiatannya pun bertambah banyak.
Sebagaimana diketahui, dakwah Rasul mempunyai beberapa metode. Metode-metode
itu adalah:
1) Dakwah
secara sembunyi-sembunyi
2) Dakwah melalui
silaturahmi keluarga besar bani Hasyim
3) Dakwah
secara terang-terangan
4) Dakwah
mempergunakan segala sarana; politik, ekonomi, perkawinan, perdamaian,
surat-menyurat. khusus yang terakhir dilakukan Rasul setelah hijrah ke Madinah
dan telah menjadi kepala negara.
Ketika Rasul hijrah dan diangkat menjadi
kepala negara, Rasul melaksaanakan.
a. Prolamasi
berdirinya sebuah negara dengan cara mengumumkan nama Madinah al-Munawarah bagi
kota Yatsrib.
b. Mendirikan
Masjid Nabawi sebagai pusat kegatan umat Islam.
c. Mempersaudarakan
kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, persaudaraan berdasarkan agama sebagai basis
warga negara.
d. Membuat
undang-undang dan peraturan berdasarkan perjanjian-perjanjian yang terkenal
dengan istilah Traktat Madinah.
e. Membuat
batas wilayah sebagai basis teritorial dengan membuat parit pada perang
khandaq.
f. Membuat lembaga-lembaga pelengkap sebuah pemerintahan,
semisal angkatan perang, pengadilan, lembaga pendidikan, bail al-mal, lembaga
yang mengatur administrasi negara, serta menyusun ahli-ahli yang cakap yang
bertinda sebagai pendamping Nabi.
Melalui usaha itu Islam berkembang, umat Islam semakin banyak dan
wilayah Islam meluas. Ketika Rasul wafat, wilayah Islam telah meliputi sebagian
besar jazirah Arab. sebuah negara dengan persyaratan-persyaratan yang maju
untuk zamannya, sebuah negara demokrasi yang berbentuk republik. Dengan usaha
itu Rasul telah merintis peradaban Islam, dalam waktu 23 tahun Rasul telah
mengubah bangsa Arab dari bangsa Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban
dengan jiwa yang Islami, bersatu, berakhlak mulia, dan berpengetahuan. Dengan
bimbingan Nabi dan pengaruh Alquran telah lahir orang-orang pandai.
Usaha pendidikan ini kemudian ditindaklanjuti
oleh generasi berikutnya, pendidikan dan pengajaran terus tumbuh dan berkembang
pada masa khulafaur Rasyidin.
2.
Pendidikan
Pada Khulafaur Rasyidin
Rasulullah
wafat, Khulafaur Rasyidin menggantikan kedudukan beliau, di antara empat
khalifah itu ternyata Umar ibn Khattab mempunyai kedudukan istimewa.
Keistimewaan Umar terletak pada kemampuannya berpikir kreatif. ke-brilian-an
beliau dalam memahami syariat Islam, diakui sendiri oleh Nabi dalam hadits
riwayat Bukhari dari Abu Said al-Khudri ra. Rasulullah bersabda: “Sewaktu aku
sedang tidur aku bermimpi melihat manusia dihadapkan kepadaku dan mereka itu
memakai baju, diantaranya ada yang sampai kesusunya dan ada pula yang kurang
dari itu. Dihadapkan pula kepadaku Umar ibn Khattab memakai baju yang dihelanya
karena sangat dalamnya”. Sahabat-sahabat bertanya, “Apakah ta’wil mimpi tuan itu?”
Jawab Nabi: “Agama”.[3]
Kreativitas
Umar mulai tampak ketika ia mengkhawatirkan keutuhan Alquran karena banyaknya hufadz yang mati syahid. Untuk itu ia
mengusulkan kepada Khalifal Abu Bakar untuk membukukan alquran yang sewaktu itu
masih merupakan catatan-catatan lepas dan hafalan pribadi-pribadi sahabat
walaupun sekarang bernama “Mushaf Usman”, tetapi gagasan awalnya berasal dari
Umar, tidak diragukan lagi bahwa keutuhan alquran yang berasal dari gagasan
Umar, merupakan warisan intelektual Islam yang paling berharga.
Di antara
Khulafaur Rasyidin yang membangun peradaban Islam adalah Umar ibn Khattab.
Umar ketika itu sudah menjadi Kepala Negara telah mengubah nama kpala negara
yang semula bergelar Khalifah Al-Rasul menjadi Amirul Mu’minin.
Untuk mengatasi
masalah, maka Umar berijtihad untuk:
1 Menetapkan
hukum tentang masalah-masalah yang baru.
Dalam ketetapan itu sering seakan-akan
bertentangan dengan sunnah atau ketetapan Abu Bakar pendahulunya. Namun apabila
diteliti lebih mendalam, ternyata Umar memiliki jangkauan yang menyeluruh,
mencakup keseluruhan ajaran Islam. Misalnya mengenai ghanimah (harta rampasan perang), surah al-Anfal mengajarkan bahwa
harta rampasan perang, termasuk tanah, harus dibagikan dengan cara tertentu,
sebagian untuk para tentara yang berperang.
2 Memperbaharui
organisasi negara
Pada masa Rasul, sesuai dengan keadaannya organisasi
negara masih sederhana. Tetapi ketika masa khalifah Umar, di mana umat Islam
sudah terdiri dari bermacam-macam bangsa dan urusannya makin meluas, maka
disusunlah organisasi negara sebagai berikut:
1) Organisasi
Politik terdiri:
a. Al-Khilafaat, Kepala Negara
Dalam memilih kepala negara berlaku sistem
“bai’ah”. Pada masa sekarang mungkin sama dengan sistem demokrasi.
b. Al-Wizaraat, sama dengan menteri pada zaman sekarang. Khalifah Umar
menetapkan Usman sebagai pembantunya untuk mengurus pemerintahan umum dan
kesejahteraan, sedangkan Ali untuk mengurus kehakiman, surat-menyurat, dan
tawanan perang.
c. Al-Khitabaat,
Sekretaris Negara. Umar mengangkat Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Arqom
menjadi sekretaris untuk menjelaskan urusan-urusan penting. Usman bin Affan juga
mengangkat Marwan bin Hakam.
2) Administrasi
Negara
a. Diwan-diwan
(departemen-departemen)
Ø Diwan
al-Jundiy (Diwan al-Harby): Badan Pertahanan Keamanan.
Ø Diwan al-
Kharaj/Baitul Mal yang mengurusi keuangan Negara, pemasukan dan pengeluaran
anggaran belanja negara.
Ø Diwan
al-Qudhat (Departemen Kehakiman)
Umar mengangkat hakim-hakim khusus untuk tiap
wilayah dan menetapkan persyaratannya.
b. Al-Imarah
‘ala al-buldan (Administrasi Pemerintahan dalam Negeri)
c. Mengembangkan
Ilmu
Untuk kepentingan pengajaran di luar Jazirah
Arab, dikirim guru-guru yang terdiri dari sahabat-sahabat ahli ilmu, yaitu
Abdullah bin Mas’ud pergi ke Kufah, Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik
pergi ke Basrah, Muadz, Ubadah, Abu Darda dikirim ke Syam, Abdullah bin Amr bin
Ash dikirim ke Mesir. Melalui tangan-tangan mereka berkembang ilmu keIslaman di
negeri-negeri itu dan menghasilkan ulama (ahli ilmu) dalam jumlah yang lebih
besar. Selanjutnya umat Islam mulai bergerak untuk mempelajari adat istiadat
mereka, kaidah-kaidah orang Yahudi dan Nasrani, ilmu-ilmu yang berkembang di
kalangan mereka. hanya saja usaha-usaha mulia khalifah Umar itu tidak
berlangsung lama karena Umar terbunuh oleh orang yang sakit hati kepadanya.
Namun Umar diakui oleh para sarjana muslim dan bukan muslim bahwa ia adalah
orang kedua sesudah Nabi yang paling menentukan jalannya kebudayaan Islam.
Kedudukan khalifah selanjutnya diganti oleh Usman bin Affan,
seorang yang lemah lembut. Kelemah-lembutannya ini dipergunakan oleh keluarga
bani Umayyah yang pernah memegang kekuatan politik sebelum Islam untuk
meningkatkan dan mengembalikan kedudukannya sebagai pemimpin kaum Quraisy pada
masa Islam. Peluang yang dimanfaatkan oleh keluarga bani Umayyah untuk
menduduki jabatan penting menyebabkan timbulnya berbagai protes dan sikap
oposisi yang datang dari seluruh daerah. Gerakan itu berakhir dengan pembunuhan
terhadap khalifah ketiga Usman bin Affan.
Pembunuhan Usman merupakan malapetaka besar yang menimpa umat
Islam. Di kalangan Umat Islam terjadi benturan antara ajaran Islam yang
diturunkan melalui Muhammad yang berbangsa Arab dengan alam pemikiran yang
dipengaruhi kebudayaan Helinesia dan Persi. Perbenturan membawa
kegoncangan-kegoncangan dan kericuhan dalam beberapa bidang sebagai berikut.
a. Bidang
bahasa Arab
Pada
masa jahiliyah, ketika bangsa Arab belum bergaul luas dengan bangsa lain.
Bahasa mereka masih murni sehingga bangsawan Quraisy yang ingin anak-anaknya
fasih berbahasa Arab selalu mengirimkan anak-anak mereka ke dusun namun sesudah
perluasan Islam keluar Jazirah Arab dan bangsa Arab bergaul luas dengan Persi,
Mesir, Syam, maka berbaurlah bahasa-bahasa ini sehingga menimbulkan kekacauan
dalam tata bahasa.[4]
b. Bidang
Akidah
Di
luar Jazirah Arab terdapat agama-agama Yahudi, Nasrani, Zoroaster, dan
lain-lain yang akidahnya jauh berbeda dengan akidah Islam. Ditambah lagi agama
Nasrani sangat dipengaruhi oleh filsafat Helinesia. Bertemunya akidah Islam
dengan akidah-akidah lain di luar Islam menimbulkan benturan. Ini terlihat
nanti dengan munculnya aliran-aliran, antara lain aliran Mujassimah yang meyakini bahwa Allah memiliki jisim seperti jisim (wujud
fisik) manusia.
c. Bidang
Politik
Politik
Islam yang diajarkan Nabi adalah sistem “Musyawarah”. segala sesuatu
berdasarkan musyawarah termasuk dalam pemilihan kepala negara. Di luar Jazirah
Arab berlaku sistem “Monarki absolut” yaitu segala sesuatu dalam kekuasaan
mutlak raja termasuk dalam penentuan calon pengganti raja. Itu menyebabkan umat
Islam pecah menjadi beberapa firqah
(Kelompok)[5].
Dalam
suasana yang demikian timbul suatu kelompok yang netral yang bersikap netral
yang bersikap moderat dan toleran karena mempunyai tujuan untuk tetap
menggalang solidaritas dan kesatuan umat. Untuk keperluan tersebut mereka
meninggalkan politik dan menyibukkan diri dalam pendalaman ilmu terutama untuk
mengkaji sunnah Nabi dan menggunakannya untuk memahami dan mendalami agama
secara lebih luas. Di antara mereka adalah Abdullah bin Umar dan Abdullah bin
Abbas. Kelompok ini karena pengalamannya dalam menghadapi berbagai golongan
yang mempunyai pandangan yang berbeda akhirnya tumbuh semacam Kelompok yang mau
menghargai pendapat orang lain sehingga akhirnya dianggap sebagai Kelompok yang
banyak dianut oleh mayoritas umat.
Di
samping itu ketekunan mereka terhadap kajian as-Sunnah menyebabkan as-Sunnah mendapat
perhatian umat dan pada akhirnya menyebabkan as-Sunnah menjadi terpelihara,
usaha mereka sungguh merupakan usaha yang membekas bagi pertumbuhan ilmu
pengetahuan Islam pada khususnya dan agama Islam pada umumnya karena as-Sunnah
merupakan sumber agama Islam yang kedua sesudah Alquran. Usaha mereka merupakan
rintisan bagi kajian baru dalam sejarah pemikiran secara rasional dalam bidang
as-Sunnah.[6]
PENUTUP
Pada waktu
Islam diturunkan, bangsa Arab dikenal dengan sebutan “Kaum Jahili”. bangsa Arab
sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaian lain. Hidup mereka
mengikuti hawa nafsu, berpecah-pecah, saling berperang satu dengan yang lain karena
sebab yang sepele, yang kuat menguasai yang lemah, wanita tidak ada harganya,
berlakulah hukum rimba. Mengahadapi kenyataan itu Nabi Muhammad SAW di utus
Allah dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak, baik akhlak untuk berhubungan
dengan Tuhan maupun sesama manusia. Dalam masalah ilmu pengetahuan perhatian
Rasul (Muhammad SAW) sangat besar, di antaranya.
a. Wahyu
pertama yang diterima Rasul berbunyi bacalah.
Perintah ini pada hakikatnya adalah pencanangan dan pemberantasan buta huruf,
suatu tindakan awal yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan.
b. Bangsa Arab
adalah bangsa yang kuat hafalannya. sedangkan hafalan merupakan salah satu alat
untuk pengembangan ilmu.
c. Nabi membuat
tradisi baru yaitu mencatat dan menulis.
d. Alquran
merupakan sumber inti ilmu pengetahuan.
Dengan
usaha itu Rasul telah merintis peradaban Islam, dalam waktu 23 tahun Rasul
telah mengubah bangsa Arab dari bangsa Jahiliyah menjadi bangsa yang
berperadaban dengan jiwa yang Islami, bersatu, berakhlak mulia, dan
berpengetahuan. Dengan bimbingan Nabi dan pengaruh Alquran telah lahir
orang-orang pandai.
Usaha pendidikan ini kemudian ditindaklanjuti
oleh generasi berikutnya, pendidikan dan pengajaran terus tumbuh dan berkembang
pada masa khulafaur Rasyidin.
Referensi
Suwito,
Dr. Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan
Islam di Indonesia, Kencana: Jakarta, 2005.
Sunanto,
Musyrifah, Sejarah Islam Klasik
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Kencana: Jakarta, 2003
[1]
Slamet Iman Santoso, Pendidikan di
Indonesia dari Masa ke Masa, (Jakarta: CV, Haji Mas Agung, 1987), hlm, 52.
[2]
Ahmad Amin, Fajr al-Islam. (Kairo:
Maktabah al-Nahdah, 1965), hlm, 141.
[3]
Mustafa al-Shiba’I, Al-Sunnah w
Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islam, (Beirut: al-dar al-qaumiyah, 1966)
[4]
Ahmad Amin, Dhuha al-Islam, (Kairo:
Maktabah al-Nahdah), Jilid I, hlm 301.
[5]
Ali Mustafa al-Gurabi, Tarikh al-Firaq
al-Islamiyah, (Kairo: Mathba’ah Ali Shahib, 1959), hlm 9.
[6]
Nurcholis Madjid, Khazanah Intelektual
Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm 16.