Tujuan pendidikan Islam
(Tika)
Dari segi tujuan
pendidikan Islam, terlihat pada gagasannya yang menghendaki agar lulusan
pendidikan Islam tidak kalah dengan lulusan pendidikan yang belajar di
sekolah-sekolah yang sudah maju, bahkan lulusan pendidikan Islam tersebut
mutunya lebih baik dari lulusan sekolah-sekolah yang sudah maju. Yaitu lulusan
pendidikan Islam yang selain memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
dalam bidang ilmu-ilmu umum juga memiliki wawasan dan kepribadian Islam yang
kuat. Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus adalah untuk
mempelajari dan mengetahui ilmu-ilmu agama Islam serta mengamalkannya.
Tujuan
inilah yang dilaksanakan oleh madrasah-madrasah, seluruh dunia Islam
beratus-ratus tahun lamanya sesudah mundurnya negara Islam, di madrasah ini
hanya diajarkan ilmu-ilmu: tauhid, fiqih, tafsir, Hadits, nahwu, sharaf,
balaqah dan sebagainya. Sedangkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan duniawi
tidak diajarkan sama sekali, bahkan dahulunya ada ulama yang mengatakan haram
mengajarkan ilmu-ilmu alam, kimia, dan ilmu-ilmu lain yang disebut ilmu umum.
Tujuan
yang demikian itu, menurut Mahmud Yunus terasa masih kurang, tidak lengkap dan
tidak sempurna. Tujuan yang demikian membuat umat Islam menjadi lemah dalam
kehidupan di dunia dan tidak sanggup mempertahankan kemerdekaannya. Dari sini
Mahmud Yunus menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan
anak-anak didik agar pada waktu dewasa kelak mereka sanggup dan cakap melakukan
pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagiaan bersama dunia
akhirat.
Perumusan
ini ringkas dan pendek, tetapi isinya dalam dan luas, supaya anak-anak cakap
melaksanakan amalan akhirat mereka harus dididik, supaya beriman teguh dan
beramal shaleh. Untuk pendidikan itu harus diajarkan antara lain adalah:
keimanan, akhlak, ibadah dan isi al-Qur'an yang berhubungan dengan yang wajib
dikerjakan dan yang haram mesti ditinggalkan. Supaya anak-anak cakap
melaksanakan pekerjaan dunia, mereka harus dididik untuk mengajarkan salah satu
dari masing-masing perusahaan, seperti bertani, berdagang, beternak, bertukang,
menjadi guru, pegawai negeri, buruh (pekerjaan) dan sebagainya yaitu menurut
bapak dan pembawaan masing-masing anak-anak.
Untuk
menghasilkan semua itu anak-anak harus belajar ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan pekerjaan dunia dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
amalan akhirat. Berkaitan dengan tujuan pokok pendidikan Islam, Mahmud Yunus
lebih lanjut merumuskannya adalah sebagai berikut:
1. untuk mencerdaskan perseorangan,
2. untuk kecakapan mengerjakan
pekerjaan. Dalam hubungan ia menilai pendapat ulama tradisional yang mengatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam hanyalah untuk beribadah dan sekedar untuk
mempelajari agama Islam. Karena menurutnya, beribadah itu merupakan salah satu
perintah Islam. Sedangkan pekerjaan duniawi yang menguatkan pengabdian kepada
Allah juga merupakan perintah Islam.
Dengan
demikian, pekerjaan duniawi termasuk juga tujuan pendidikan Islam. Selain itu,
Mahmud Yunus menilai bahwa tujuan pendidikan yang lebih penting dan utama
adalah pendidikan akhlak, karena Rasulullah SAW, diutus kemuka bumi adalah
untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti umat manusia. Atas dasar pemikiran
tersebut di atas, menurut Mahmud Yunus tugas yang utama dan pertama yang
menjadi beban para ulama, guru-guru agama dan pemimpin-pemimpin Islam adalah
mendidik anak-anak, para pemuda, putra-putri orang-orang dewasa dan masyarakat
umumnya, dengan tujuan agar mereka memiliki akhlak yang mulia dan berbudi
pekerti mulia. Hal yang demikian tidak berarti bahwa pendidikan jasmani, adil
dan amal tidak dipentingkan sama sekali, bahkan semuanya dipentingkan, tapi
yang terpenting menurut Mahmud Yunus adalah pendidikan akhlak.
Berdasarkan
uraian di atas dapat diketahui dengan jelas, bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah mendorong seseorang agar mengamalkan ajaran Islam secara sempurna, yaitu
ajaran yang menyeluruh, seseorang tidak
hanya menguasai pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ukhrawi, tetapi pekerjaan
yang bersifat duniawi dan dihiasi dengan akhlak yang mulia, sehingga tercapai
kebahagiaan hidup yang seimbang. Rumusan tujuan pendidikan Islam dari Mahmud
Yunus tersebut memperlihatkan dengan jelas adanya pengaruh lingkungan
masyarakat Islam saat itu, yaitu masyarakat yang kemajuannya tidak seimbang.
Mereka hanya mementingkan urusan ukhrawi saja dengan mengabaikan urusan
duniawi.
Referensi:
Mahmud Yunus. 1990. Pokok-Pokok
Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar