Minggu, 18 November 2012

Tujuan Pendidikan Islam


Tujuan pendidikan Islam
(Tika)

Dari segi tujuan pendidikan Islam, terlihat pada gagasannya yang menghendaki agar lulusan pendidikan Islam tidak kalah dengan lulusan pendidikan yang belajar di sekolah-sekolah yang sudah maju, bahkan lulusan pendidikan Islam tersebut mutunya lebih baik dari lulusan sekolah-sekolah yang sudah maju. Yaitu lulusan pendidikan Islam yang selain memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam bidang ilmu-ilmu umum juga memiliki wawasan dan kepribadian Islam yang kuat. Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Mahmud Yunus adalah untuk mempelajari dan mengetahui ilmu-ilmu agama Islam serta mengamalkannya.
Tujuan inilah yang dilaksanakan oleh madrasah-madrasah, seluruh dunia Islam beratus-ratus tahun lamanya sesudah mundurnya negara Islam, di madrasah ini hanya diajarkan ilmu-ilmu: tauhid, fiqih, tafsir, Hadits, nahwu, sharaf, balaqah dan sebagainya. Sedangkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan duniawi tidak diajarkan sama sekali, bahkan dahulunya ada ulama yang mengatakan haram mengajarkan ilmu-ilmu alam, kimia, dan ilmu-ilmu lain yang disebut ilmu umum.
Tujuan yang demikian itu, menurut Mahmud Yunus terasa masih kurang, tidak lengkap dan tidak sempurna. Tujuan yang demikian membuat umat Islam menjadi lemah dalam kehidupan di dunia dan tidak sanggup mempertahankan kemerdekaannya. Dari sini Mahmud Yunus menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menyiapkan anak-anak didik agar pada waktu dewasa kelak mereka sanggup dan cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagiaan bersama dunia akhirat.
Perumusan ini ringkas dan pendek, tetapi isinya dalam dan luas, supaya anak-anak cakap melaksanakan amalan akhirat mereka harus dididik, supaya beriman teguh dan beramal shaleh. Untuk pendidikan itu harus diajarkan antara lain adalah: keimanan, akhlak, ibadah dan isi al-Qur'an yang berhubungan dengan yang wajib dikerjakan dan yang haram mesti ditinggalkan. Supaya anak-anak cakap melaksanakan pekerjaan dunia, mereka harus dididik untuk mengajarkan salah satu dari masing-masing perusahaan, seperti bertani, berdagang, beternak, bertukang, menjadi guru, pegawai negeri, buruh (pekerjaan) dan sebagainya yaitu menurut bapak dan pembawaan masing-masing anak-anak.
Untuk menghasilkan semua itu anak-anak harus belajar ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan dunia dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan amalan akhirat. Berkaitan dengan tujuan pokok pendidikan Islam, Mahmud Yunus lebih lanjut merumuskannya adalah sebagai berikut:
1.     untuk mencerdaskan perseorangan,
2.     untuk kecakapan mengerjakan pekerjaan. Dalam hubungan ia menilai pendapat ulama tradisional yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam hanyalah untuk beribadah dan sekedar untuk mempelajari agama Islam. Karena menurutnya, beribadah itu merupakan salah satu perintah Islam. Sedangkan pekerjaan duniawi yang menguatkan pengabdian kepada Allah juga merupakan perintah Islam.
Dengan demikian, pekerjaan duniawi termasuk juga tujuan pendidikan Islam. Selain itu, Mahmud Yunus menilai bahwa tujuan pendidikan yang lebih penting dan utama adalah pendidikan akhlak, karena Rasulullah SAW, diutus kemuka bumi adalah untuk memperbaiki akhlak dan budi pekerti umat manusia. Atas dasar pemikiran tersebut di atas, menurut Mahmud Yunus tugas yang utama dan pertama yang menjadi beban para ulama, guru-guru agama dan pemimpin-pemimpin Islam adalah mendidik anak-anak, para pemuda, putra-putri orang-orang dewasa dan masyarakat umumnya, dengan tujuan agar mereka memiliki akhlak yang mulia dan berbudi pekerti mulia. Hal yang demikian tidak berarti bahwa pendidikan jasmani, adil dan amal tidak dipentingkan sama sekali, bahkan semuanya dipentingkan, tapi yang terpenting menurut Mahmud Yunus adalah pendidikan akhlak.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui dengan jelas, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mendorong seseorang agar mengamalkan ajaran Islam secara sempurna, yaitu ajaran yang menyeluruh,  seseorang tidak hanya menguasai pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ukhrawi, tetapi pekerjaan yang bersifat duniawi dan dihiasi dengan akhlak yang mulia, sehingga tercapai kebahagiaan hidup yang seimbang. Rumusan tujuan pendidikan Islam dari Mahmud Yunus tersebut memperlihatkan dengan jelas adanya pengaruh lingkungan masyarakat Islam saat itu, yaitu masyarakat yang kemajuannya tidak seimbang. Mereka hanya mementingkan urusan ukhrawi saja dengan mengabaikan urusan duniawi.

 Referensi:

Mahmud Yunus. 1990. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hidakarya agung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar